Bila pikir anda bisa, anda pasti bisa

By Unknown | At Sunday, July 08, 2012 | Label : | 0 Comments
Anda bisa sukses, meski sekarang ada belum apa-apa, bila anda pikir anda bisa , anda pasti bisa.

Bukan bakat anda, bukan kelahiran anda
Bukan simpanan anda di bank
Yang menentukan harga diri anda
Tapi sikap anda…
Bila anda pkir anda bisa, anda pasti bisa.

Tidak perduli apakah anda pernah sukses sebelumnya
Tak ada artinya sukses setengah-setengah
Capailah tujuan akhir anda
Jadi, cobalah lagi dan coba lagi
Bila pikir anda bisa, anda pasti bisa

Pegang teguh impian-impian anda
Yakinkanlah hati anda
Kuatkan tekat sekeras baja
Anda pasti bisa meraihnya
Bila anda pikir anda bisa, pasti anda bisa

Percayalah pada Tuhan
Berarti itu anda setengah berhasil
Percayalah pada diri anda sendiri
Berarti anda dupertiga berhasil
Bila pikir anda bisa, pasti anda bisa….

kesuksesan

By Unknown | At Tuesday, July 03, 2012 | Label : | 0 Comments

kesuksesan 
         Bagi banyak orang kegagalan adalah sesuatu yg buruk. Apakah betul begitu? Untuk pikiran yang dangkal, hal itu memang betul. Namun apabila kita memikirkannya lebih dalam lagi, kegagalan tidak selamanya merupakan bencana. Bisa jadi, dengan kegagalan Tuhan mengingatkan kita bahwa kapasitas kita belum cukup untuk menerima kesuksesan. Barangkali Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa masih banyak hal yang harus kita pelajari, yang mana kalau kita sukses padahal kemampuan kita masih dangkal, kita akan terjatuh lebih dalam lagi. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang ahli investasi dari Amerika bahwa ‘orang bodoh dengan uang banyak adalah suatu fenomena yang sangat menarik’. Apakah yang akan terjadi bila orang bodoh tiba-tiba mendapatkan uang banyak? Jelas, dia akan menghabiskannya tanpa perhitungan hanya untuk barang-barang konsumtif dan kembali mengalami kesulitan keuangan karena kemungkinan besar barang-barang konsumtif tersebut akan dia beli dengan cara kredit. Apakah dia pantas disebut orang kaya? Jelas tidak, orang yang betul-betul kaya tahu betul apa yang akan dia perbuat dengan uangnya dan akan mengembangkannya lebih banyak lagi.
Poin utamanya adalah kesuksesan yang kita terima akan selalu sesuai dengan kapasitas diri kita. Jika kita menerima kesuksesan di luar kapasitas diri, malah kita akan jatuh lebih dalam dan gagal lebih parah. Maka dari itu, jangan terlalu mendramatisir kegagalan. Bisa jadi dengan kegagalan Tuhan menyelamatkan kita dari kegagalan yang lebih parah. Yang perlu kita fokuskan adalah bagaimana caranya agar kita bisa berkembang secara pribadi untuk layak menjadi orang yang betul-betul sukses sehingga kesuksesan kita bisa bertahan lama dan semakin berkembang.
Semoga Beruntung!

Kisah seorang ayah

By Unknown | At Tuesday, July 03, 2012 | Label : | 0 Comments
Cerita ini adalah "kisah nyata" yang pernah terjadi di Amerika. Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain.

Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya tergores.

Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman. Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit.


Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari-jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal. Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.

Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata,"Papa, aku minta maaf tentang trukmu." Kemudian, ia bertanya, "tetapikapan jari- jariku akan tumbuh kembali?"

Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri.


Renungkan cerita di atas! Berpikirlah dahulu sebelum kau kehilangan kesabaran kepada seseorang yang kau cintai.

Kasih

By Unknown | At Tuesday, July 03, 2012 | Label : | 0 Comments
Disuatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan disebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta .
Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari Tukang koran , Penyapu jalan, Tuna wisma sampai Pak polisi.
Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? “kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai disebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang. De, “boleh kakak bertanya” ? silahkan kak, kalau boleh tahu yang barusan adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?, oh… itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak, memang kenapa kak!, dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya. Oh.. tidak! , kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka? Lalu ,
Adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu ! aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma ”,setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan, apabila kami mengingat waktu dulu, kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibu ku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik.
Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.
Yang ibu ku selalu katakan “ hidup harus berarti buat banyak orang “, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.
Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta,” Apa yang kita bawa”?. Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati ku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Yah.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.
Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada Mu lah yang dapat mengiringiku masuk keSurga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyak ku.
(Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.)
Lakukanlah perkara-perkara kecil, dengan membagikan cerita ini kepada semua orang, semoga hasil yang didapat dari hal yang kecil ini berdampak besar buat banyak orang.

UNIVERSITAS KEHIDUPAN!!!

By Unknown | At Tuesday, July 03, 2012 | Label : | 0 Comments
universitas kehidupanDimana Tuhan sebagai Rektornya dan ciptaan-Nya menjadi dosennya. Silabus perkuliahan berikut diktatnya dapat dibaca dalam Kitab Suci yang kita yakini. Bahkan teori-teori yang dahsyat dan rumus-rumus canggih dalam hidup ada dalam Kitab Suci itu.
Materi perkuliahaannya sangat banyak.Mulai dari tujuan hidup, menjalani hidup, hingga kematian. Ada juga kelas cinta, kelas kesabaran, kelas perjuangan, dll. Dimana semua mahasiswa pasti mempelajarinya. Lokasinya bisa dimana saja dan kapan saja bisa mengakses mata kuliah dan mempelajarinya.
Terkadang, Sang Dosen memberikan ujian dadakan. Tapi bukan berarti tanpa pemberitahuan sebelumnya. Tingkat kesulitan ujian untuk setiap mahasiswa tidaklah sama. Tapi kesulitannya tidak pernah melebihi kesanggupan sang mahasiswa.
Ada yang lulus dengan nilai yang baik. Ada pula yang lulus dengan nilai pas-pasan. Tapi ada juga yang tidak lulus, bahkan memilih mengundurkan diri dari universitas ini. Setiap orang berkesempatan belajar di universitas ini. Hanya waktu belajar yang dimiliki tergantung pada umur masing-masing mahasiswa. Alumni universitas ini bergelar ‘almarhum’ atau ‘almarhumah’. Tapi tidak semua alumni lulus dengan nilai baik. Transkrip nilai akan diberikan setelah para alumni ‘diwisuda’. Nilai-nilai itu menentukan kemana para alumni akan berada di UNIVERSITAS ABADI.
SELAMAT MENJALANI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN!!!
Ada banyak hal dalam hidup ini tidak di dapatkan di bangku sekolah maupun di bangku kuliah. Di sini kita akan belajar bersama-sama tentang banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Pengalaman hidup tidak dapat ditukar dengan uang. Setiap pribadi memiliki keunikan tersendiri dan cerita hidup yang berbeda. Jadilah inspirasi bagi orang lain dengan pengalamn hidup yang kita miliki.
Universitas kehidupan ada untuk menemukan dan menyampaikan kebenaran tentang hidup. Hidup itu seperti musik, yang harus di komposisi oleh telinga, perasaan dan instink, bukan oleh peraturan yang tidak jelas ujung pangkalnya. Yang terpenting dalam Olimpiade bukanlah kemenangan,tetapi keikutsertaan …Yang terpenting dari kehidupan bukanlah kemenangan
namun bagaimana bertanding dengan baik.
Di UNIVERSITAS KEHIDUPAN kita akan belajar bahwa kebesaran seseorang tidak terlihat ketika ia berdiri dan memberi perintah, tetapi ketika ia berdiri sama tinggi dengan orang lain dan membantu orang lain untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka guna mencapai sukses.
Jadilah bagian dari UNIVERSITAS KEHIDUPAN karena akan membuat hidup anda menjadi inspirasi bagi orang lain. ^^
Pidato salah seorang mahasiswa UNIVERSITAS KEHIDUPAN FAKULTAS PERSOALAN JURUSAN PENDERITAAN
“Universitas kehidupan adalah tempat kuliahku
Manajemen kesulitan adalah jurusanku
Penderitaan adalah salah satu mata pelajaran kesukaanku
Tetesan keringat dan air mata adalah teman terbaik di ruang kelasku
Kemiskinan selalu menjadi topik hangat di kampusku
Kemandirian merupakan tugas yang paling utama di berikan padaku
Meringankan beban orang lain juga termasuk dalam tanggung jawabku
Kerja keras,cerdas serta memiliki kasih adalah suatu kewajiban yang harus di jalankan olehku
kampung persoalan hidup menjadi tempat KKN ku
keberanian untuk berbuat adalah sistem pengajaranku
keterbatasan bukan suatu hambatan yang berarti bagiku
begitupun kegagalan bukanlah aral melintang yang menghalangi cita-citaku
Bahagia dunia dan akhirat merupakan judul skripsiku
Doa dan perjuangan adalah dosen pembimbingku
Orang-orang sukses menjadi perpustakan lengkap bagiku
tak ketinggalan keluarga dan teman-teman selalu menyemangati untuk segera meraih gelar kesarjanaanku
Aku bersujud syukur padamu Ya Tuhan….
karena Engkau telah mengizinkan aku memasuki universitas terbaikmu dan sebuah harapan semoga aku bisa lulus dari universitas terbaik-Mu ini.”
Salam dari Universitas Kehidupan .

Kisah Sukses Anak Petani

By Unknown | At Tuesday, July 03, 2012 | Label : | 0 Comments

Mungkin tidak pernah terlintas dipikiran seorang I Gede Subawa untuk dapat menempati posisi strategis sebagai direktur perusahaan asuransi kesehatan. Lahir di Tabanan, Bali, dari keluarga petani, I Gede mempunyai cita-cita untuk membela negara, dan masuk ke sekolah AKABRI. Namun, keinginannya masuk sekolah AKABRI mendapatkan hambatan dari orangtuanya.

"Orangtua saya kan petani, saya sadar betul kalau kuliah ke Fakultas Kedokteran itu pasti mahal. Jadi saya pilih masuk ke AKABRI, karena AKABRI dibiayai oleh negara, tapi tidak boleh sama orangtua," kata dia, kala berbincang dengan Okezone beberapa waktu lalu.

Anak pertama dari enam bersaudara ini akhirnya serius menjalani kuliahnya di Fakultas Kedokteran sesuai keinginan orangtuanya. Selain karena dorongan orangtua, pengalaman masa kecilnya juga memantapkan langkahnya di dunia kesehatan. Ini terjadi karena saat masih kecil, I Gede pernah menderita penyakit disentri akibat hobinya jajan makanan di pinggir jalan.

Saat itu, orangtuanya kewalahan memeriksakan anaknya ke klinik terdekat karena disentri yang cukup hebat, mengingat dokter yang membuka praktek di daerah Tabanan sangat minim, hanya satu dokter yang membuka praktek.

I Gede masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 2 cukup takut saat diperiksa oleh doktor. Bahkan, karena terlalu takut dia sampai melarikan diri. Bukan karena ketakutannya akan dokter yang membuat dia lari, namun lebih kepada perlatan yang digunakan oleh si dokter. "waktu itu saya lari karena melihat suntikan sebesar itu ga kebayang sakitnya seperti apa," tutur I Gede sambil tertawa.

Namun, peristiwa tersebut malah membawa dampak positif. Sejak saat itu, karena takut akan dibawa ke dokter, dia enggan untuk jajan sembarangan di pinggir jalan lagi.

Kisah Mobil Putih


Selain kisah jajanan di pinggir jalan dan jarum suntik, I Gede mengungkapkan masih ada alasan lain yang mendorongnya menjadi seorang dokter. Bukan karena kejadian tidak menyenangkna, namun karena dia melihat mobil sedan putih yang terparkir di halaman seorang dokter, di daerah Tabanan. "waktu itu saya tihat mobil sedan putih milik dokter kok sepertinya keren sekali, saya ingin seperti dokter itu," kata dia.

Oleh karena itu, meskipun berasal dari keluarga seorang petani, yang memiliki kemampuan ekonomi pas-pasan, namun I Gede tetap masuk ke kedokteran. Hal tersebut, lantaran usaha keras kedua orangtua I Gede. Upaya ini, mampu mendorong I Gede masuk fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali.

"Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan saya menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran. Saya masuk 1971 dengan biaya seadanya, keinginan orangtua yang keras dan saya berusaha menjalaninya dengan sungguh-sungguh, karena kuliah di Fakultas Kedokteran itu tidak murah," jelas dia.

Untuk tetap menjaga agar pendidikannya berjalan, dia rela pulang-pergi menggunakan sepeda dari tempat kuliahnya di Udayana, Denpasar, ke tempat tinggalnya di Tabanan. Bukan jarak yang dekat, karena sehari dia harus menempuh perjalanan kurang lebih 60 kilometer, untuk sekedar membawa bekalnya seperti beras dan bahan pokok lainnya. "setiap hari jumat pasti saya pulang ke rumah untuk membawa bekal, bersama teman-teman yang bertempat tinggal di Tabanan beramai-ramai naik sepeda," kenang I Gede.

Untungnya, pihak unversitas tidak terlalu membebankan dia dengan biaya kuliah yang terlalu tinggi. Bahkan pihak Universitas tetap mengizinkannya mengikuti kegiatan kuliah, ketika dia belum membayar uang semester. Usahanya tidak sia-sia, setelah menjalai lima tahun perkuliahan, dia berhasil menyabet gelar predikat mahasiswa terbaik dari 24 orang teman satu angkatannya pada 1978.

"Sebenarnya saya lulus 1977, namun karena menunggu teman-teman untuk menjalani pelantikan yang berbarengan, sehingga saya dicatat lulus tahun 1978," tutur pria lulusan SMA Tabanan Bali tahun 1970 ini.

Awal Karir


Setelah lulus dari Udayana, penyuka lagu-lagu Broery Marantika tersebut langsung menjadi dokter, dan mengabdikan diri di puskesmas di Nusa Tenggara Timur, di salah satu kecamatan yang jauh dari pusat kota, berbatasan dengan Timor-timur, selama 2 tahun sejak 1978 hingga 1980.

Lalu tahun 1980 sampai tahun 1983 I Gede dipilih oleh Bupati Atambua menjadi Direktur rumah sakit di Atambua yang memiliki sekira sembilan tempat tidur pasien. Di rumah sakit itu, hanya dia yang menjadi dokter di poliklinik yang siaga selama 24 jam, dan itu dijalaninya selama tiga tahun. Setelah itu, dia dipindahkan ke Flores Timur di Dinas Kesehatan. 

Di sana, I Gede menjabat sebagai kepala kantor perwakilan cabang di Ende NTT dan wilayah Manggarai selama lima tahun, kemudian pada 1988, I Gede dipromosikan sebagai Kepala kantor Cabang di Bali selama dua tahun hingga 1990.

Guna menunjang keperluan pekerjaannya, I Gede kembali mengambil kuliah di Universitas Gajahmada (UGM) pada 1996, dan mengambil jurusan Manajemen Rumah Sakit. Karena prestasinya tersebut, dia dipilih menjadi Kepala Kantor Cabang Jawa Tengah.

Bekerja menjadi kepala kantor cabang membuat I Gede harus meninggalkan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan 4B pada 1996. Baru pada tahun 2000 I Gede dipercaya sebagai Direktur Operasional PT Askes, "saya tidak menyangka perjalanan karir ini menjadi Kepala Kantor Cabang lalu diangkat sebagai Direktur Operasional," tutur I Gede.

Pindah ke salah satu perusahaan pelat merah tidak lantas membuat I Gede dapat santai. Menurutnya, Askes selalu di nomor duakan karena pelayanannya yang belum memadai, sehingga menjadi tantangan besar dirinya untuk mengubah citra Askes di mata masyarakat. "saat itu kami di lapangan selalu dihadapkan dengan situasi tidak nyaman," tutur I Gede.

Dia mengungkapkan, keraguan masyarakat untuk mengikuti Askes, juga didasar atas belum adanya kerjasama askes dengan rumah sakit swasta. Oleh karena itu, dia membuat perubahan dengan cara bekerjasama dengan rumah sakit swasta. Hingga kini, askes lebih bekerjasama dengan 250 rumah sakit swasta di seluruh Indonesia.

"Saya yakin kedepan akan sangat banyak sekali membutuhkan rumah sakit swasta dengan perlakuan yang sama terhadap peserta pengguna Askes," tutur I Gede.

I Gede memaparkan, melayani orang sakit memang harus lebih hati-hati karena lebih sulit ketimbang melayani orang-orang yang datang ke bank, maupun ke hotel. Karena, orang sakit memiliki ketidakstabilan mental psikologis antara bisa di sembuhkan atau tidak yang juga selalu terbentur dengan permasalahan biaya. Namun, semua itu terbayarkan, karena masyarakat yang tertolong banyak yang berterimakasih. 

Dia menambahkan, PT Askes merupakan perusahaan yang utamanya bukan mencari untung, mengingat tugas pokoknya adalah memberikan pelayanan yang baik kepada pesertanya.  "saya akan mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin, sesuai amanat dari kitab suci yang saya pegang. karir ini saya jalankan dengan cara yang terbaik," jelas dia.

Hingga kini, Askes telah memproduksi lebih dari 1.600 jenis obat yang telah di negosiasikan dengan pabrikan obat sehingga para peserta Askes bisa membeli obat dengan harga murah. Selain itu, Dia juga mengaku telah mencapai cita-citanya yakni memiliki mobil sedan berwarna putih yang di lihatnya semasa kecil di halaman rumah dokter yang tidak jauh dari rumahnya.

Si Tukang Kayu dan Rumahnya

By Unknown | At Monday, July 02, 2012 | Label : | 0 Comments
Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.
Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.


Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ” katanya, “hadiah dari kami.”


Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.
         
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup
kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

Pesan Ibu

By Unknown | At Monday, July 02, 2012 | Label : | 0 Comments

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"

"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."
Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."
Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.
Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"
"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."
Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."
Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."
===================================================
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.
Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.

NILAI KEHIDUPAN

By Unknown | At Monday, July 02, 2012 | Label : | 0 Comments
Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

=================================================

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.
Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!

KetikaAku Tua

By Unknown | At Monday, July 02, 2012 | Label : | 0 Comments

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.
Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

◄ Posting Baru
 

Template information

Copyright © 2012. Memotivasi diri sendiri dan orang lain - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Blog Bamz